Semangat sains dan budaya berpadu indah dalam ajang Babak Final Kompetisi Sains Nalaria Realistik (KSNR) ke-7 dan Olimpiade Guru Sains (OGS) ke-5 se-Indonesia, yang sukses digelar oleh Klinik Pendidikan MIPA (KPM) pada Minggu, 19 Oktober 2025 di UTCC (Universitas Terbuka Convention Center), Tangerang Selatan. Acara ini menjadi wadah berkumpulnya para siswa dan guru terbaik dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki semangat tinggi untuk berkompetisi, belajar, dan menginspirasi melalui sains yang menyenangkan dan bermakna.

Dari barat hingga timur, ribuan peserta hadir dengan semangat yang sama menjadi bagian dari gerakan mencerdaskan bangsa melalui penguasaan ilmu pengetahuan yang berlandaskan keikhlasan dan karakter mulia. Tahun ini, KSNR mencatat antusiasme luar biasa. Dari total 42.056 peserta yang mengikuti babak penyisihan, sebanyak 21.263 peserta terbaik berhasil melaju ke babak semifinal, dan 1.654 peserta menembus babak final. Sementara itu, pada ajang OGS ke-5, dari 658 peserta babak penyisihan, sebanyak 227 peserta berhasil menembus babak final, membuktikan dedikasi tinggi mereka dalam meningkatkan kompetensi dan semangat belajar.

Dr. Raden Ridwan Hasan Saputra, M.Si., selaku Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM), turut hadir memberikan sambutan secara daring. Dalam kesempatan tersebut, Beliau menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh peserta KSNR dan OGS yang berhasil melaju hingga babak final. Pak Ridwan juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para guru pendamping, orang tua, serta Penanggung Jawab (PJ) lomba di seluruh Indonesia atas dedikasi dan peran aktifnya dalam menyukseskan kegiatan tahun ini. Beliau menegaskan bahwa KSNR memiliki tujuan besar untuk memacu dan memicu minat siswa dalam belajar sains. Selain itu, konsep biaya seikhlasnya dihadirkan agar setiap anak Indonesia dapat berkompetisi tanpa terkendala biaya, serta membuka kesempatan bagi para peraih medali untuk mengikuti kompetisi lain di tingkat nasional maupun internasional.

Menutup pesannya, Pak Ridwan mengingatkan pentingnya sikap rendah hati dalam meraih prestasi. “Bagi yang meraih medali, jangan sombong dan jangan berbangga diri secara berlebihan. Semua keberhasilan datang karena rahmat Allah. Dan bagi yang belum mendapatkan medali, bersabarlah ini bagian dari proses perjuangan. Yakinlah, setiap usaha dan pengorbanan akan diganti Allah di waktu yang tepat,” ujarnya penuh makna.

Acara babak final KSNR ke-7 dan OGS ke-5 se-Indonesia secara resmi dibuka oleh Ardianto, S.T., General Manager Pelatihan dan Lomba KPM, yang menandai dimulainya rangkaian kegiatan final dengan penuh antusiasme. Tepuk tangan dan sorak semangat peserta mengiringi momen pembukaan ini, menjadi simbol kebanggaan dan tekad seluruh peserta untuk memberikan yang terbaik.

Lantunan ayat suci Al-Qur’an dan saritilawah yang dibawakan oleh siswa MTs Tahfizh An Nashr Parung membuka acara dengan khidmat, menghadirkan suasana yang syahdu dan penuh makna. Beragam pertunjukan turut memeriahkan rangkaian acara babak final sebagai wujud apresiasi terhadap kekayaan seni dan budaya Nusantara. Di antaranya, Tarian Sukabumi dari siswa SDN 01 Cicurug, Sukabumi, Puisi Berantai dari MIS Al-Azhar Dharmasraya Padang, Sumatera Barat, Tari Saman Aceh dari SMPIT Birrul Waalidain Bogor, serta Reog Ponorogo dari Reog Simo Waseso Bogor. 

Dari sisi pelaksanaan daerah, salah satu Penanggung Jawab (PJ) Lomba dari Probolinggo, Muhammad Riyadi, turut berbagi pengalamannya dalam pelaksanaan KSNR di wilayahnya. “Kami meminta kepada PJ sekolah untuk mengakomodasi siswanya agar mengikuti Asesmen Sains, dan sekitar 30?ri peserta kemudian kami ikutsertakan ke babak penyisihan KSNR. Antusiasme peserta di Probolinggo luar biasa tinggi karena mereka merasa soal-soal KSNR sangat menantang dan selalu berbeda setiap tahunnya, sehingga benar-benar mengasah kemampuan nalar mereka,” ungkapnya.

Riyadi juga menuturkan bahwa pada KSNR ke-5, pernah ada peserta dari wilayah terpencil yang berasal dari keluarga kurang mampu. Berkat konsep biaya seikhlasnya, peserta tersebut dapat mengikuti seluruh rangkaian lomba mulai dari babak penyisihan, semifinal, hingga berhasil mencapai babak final. “Inilah yang membuat KSNR terasa istimewa, karena memberi kesempatan bagi semua anak, tanpa memandang latar belakang, untuk berkembang dan berprestasi,” tambahnya.

Perjalanan menuju podium tertinggi tak pernah mudah, namun semangat, ketekunan, dan doa telah mengantarkan para peserta terbaik KSNR-7 dan OGS-5 meraih prestasi membanggakan. Mereka bukan hanya menunjukkan kemampuan akademik yang luar biasa, tetapi juga keteguhan hati dalam menghadapi setiap tantangan.

Diantaranya, Wulandari Fitria Sartika, S.Si., guru dari SMP Islam Al Hasanah, Bengkulu, berhasil meraih medali emas sekaligus peserta terbaik OGS-5 Level SMP. Ia mengaku tak menyangka bisa meraih hasil tersebut. Tantangan terbesar, menurutnya, ada pada bidang Fisika dan Kimia, karena latar belakang pendidikannya adalah Biologi. “Soalnya sangat menantang dan berbeda dari ekspektasi, tapi justru di situlah letak keseruannya,” tambahnya. Wulandari berharap prestasinya dapat menjadi inspirasi bagi para siswa untuk terus belajar dan mengembangkan potensi diri. Perjuangannya menuju babak final pun tidak mudah, jadwal penerbangan yang sempat di-reschedule hingga berbagai kendala teknis sempat menguji kesabaran. “Namun saya percaya, setiap kesulitan pasti disertai kemudahan. Alhamdulillah, semua lelah itu terbayar dengan hasil yang manis di akhir,” ungkapnya penuh rasa syukur.

Sementara itu, Wardatul Khumairok, guru dari SD Muhammadiyah Manyar Gresik, Jawa Timur, berhasil meraih medali emas sekaligus menjadi peserta terbaik OGS-5 Level SD. “Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah SWT atas kenikmatan yang diraih. Ini tahun ketiga saya ikut OGS. Saya belajar bersama siswa melalui pembinaan olimpiade dan ekstrakurikuler di sekolah. Dari situ saya terus menambah ilmu sekaligus memberikan pembinaan kepada siswa,” ungkapnya. Menurutnya, soal final tahun ini cukup menantang, terutama pada bagian biologi esai. “Saya sempat pesimis karena merasa kurang di bidang itu, tapi saya tetap berusaha menjawab sebisa mungkin. Saat nama saya dipanggil sebagai peraih emas, rasanya luar biasa! OGS ini sangat menyenangkan sekaligus mendebarkan,” tuturnya dengan haru.

Dari ajang KSNR, Katryna Sofia Khairunnisa, siswi kelas 5 SDN Pesanggrahan 02, Jakarta Selatan sekaligus siswa kelas berbakat KPM online, turut menorehkan prestasi dengan meraih medali emas dan gelar peserta terbaik. “Terkejut sekaligus senang. Saya belajar dengan tekun dan ikhlas, meskipun ada beberapa soal menantang, saya menyelesaikannya dengan metode berpikir kritis dan bernalar seperti yang diajarkan KPM. Dukungan orang tua juga sangat berperan. Semoga ke depan bisa terus menjadi lebih baik,”

Tak kalah membanggakan, dua kakak beradik dari Bogor juga mencuri perhatian. Brian Winata, siswa kelas 6 SD Taruna Bangsa, meraih medali emas di KSNR-7. “Ini pertama kali saya ikut KSNR, senang banget dan tidak menyangka bisa menang,” ujarnya. Ia belajar dari YouTube dan membaca buku berulang-ulang agar memahami konsep dasar. Soal paling menantang baginya adalah tentang hambatan listrik. Saya tidak tahu rumusnya, jadi menjawab pakai logika saja,” ungkapnya.
Sang kakak, Kenzo Susanto, siswa kelas 8 SMP Taruna Bangsa, turut membawa pulang medali perunggu. “Kerja keras selama berminggu-minggu akhirnya terbayar. Saya banyak belajar dari soal KSNR tahun lalu, baca buku, dan nonton YouTube KPM,” katanya. Menurut Kenzo, soal paling menantang adalah tentang sistem reproduksi manusia. “Kuncinya rajin belajar dan percaya diri. Saya juga terinspirasi dari teman yang mendapat beasiswa di Singapura,” tuturnya.

Haidar Dzaky Putra Mundachir, siswa kelas 9 SMPI Baitul ’Izzah Nganjuk, Jawa Timur, berhasil meraih medali emas KSNR-7. “Saya sudah tiga tahun berturut-turut ikut KSNR. Tahun lalu dapat perunggu, dan Alhamdulillah tahun ini bisa emas,” ujarnya. Ia mengaku belajar dengan santai namun teratur, menyesuaikan materi setiap hari dan menghindari jam belajar saat mengantuk agar lebih fokus. “Yang menarik dari KSNR ini adalah variasi soalnya ada pilihan ganda, isian singkat, dan uraian, jadi benar-benar mengasah potensi peserta. Tahun depan saya sudah tak bisa ikut lagi karena lulus SMP, tapi semoga prestasi saya ke depan bisa lebih baik lagi,” tambahnya.

Tak hanya peserta dan guru, kisah inspiratif juga datang dari para orang tua. Pak Naufal, orang tua dari Nafisa Mahira Absharina, siswi kelas 3 SD Islam Al Azhar 31 Yogyakarta, mengaku terharu melihat perjuangan sang putri. “Rasanya terharu sekali, hampir menangis juga, dan pastinya sangat bersyukur karena perjuangan anak saya untuk sampai di titik ini tidak mudah. Ia belajar setiap hari dengan tekun,” ungkapnya.

Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara belajar dan bermain. “Anak-anak seusia itu masih ingin bermain, jadi orang tua perlu mengatur waktu seimbang. Kita tak bisa memaksakan semua anak sama, tapi perlu memahami minatnya dan mengembangkannya,” tambahnya. Meski sempat gugup hingga menangis sebelum lomba, Nafisa akhirnya berani dan menyelesaikan tantangan dengan baik.

Acara ditutup dengan penuh haru dan kebanggaan. Sorak gembira, senyum lepas, dan tangis bahagia menyelimuti ruangan saat nama-nama peraih medali diumumkan. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa keberhasilan bukan hanya milik mereka yang menang, tetapi juga bagi semua yang telah berjuang dengan sepenuh hati.

Klinik Pendidikan MIPA mengucapkan terima kasih kepada seluruh jaringan KPM di berbagai daerah, juga kepada seluruh peserta, baik guru maupun siswa, yang telah jauh-jauh datang untuk bersama-sama menyatukan semangat belajar dan berlomba.  Melalui KSNR dan OGS, Klinik Pendidikan MIPA terus berkomitmen untuk mencetak generasi cerdas, berkarakter, dan berakhlak mulia, mereka yang bukan hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga berjiwa ikhlas, pantang menyerah, dan siap membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.