Pada hari Minggu, 20 Oktober 2024, acara Final Kompetisi Sains Nalaria Realistik (KSNR) ke-6 dan Olimpiade Guru Sains (OGS) ke-4 sukses dilaksanakan dengan penuh semangat di Boash Convention Centre, Bogor. Acara KSNR ke-6 dan OGS ke-4 mempertemukan 1.456 finalis, terdiri dari siswa-siswi dan guru-guru sains terbaik dari berbagai daerah di Indonesia. Jumlah peserta yang lolos pada babak final tahun ini meningkat drastis dibandingkan tahun lalu, yaitu terdapat 1.248 peserta yang berhasil lolos pada KSNR-6 dan 208 peserta yang berhasil lolos pada OGS-4. Sebagai perbandingan, pada babak final KSNR ke-5 dan OGS ke-3 tahun lalu, hanya 800 peserta yang berhasil lolos. Peningkatan ini mencerminkan komitmen Klinik Pendidikan MIPA (KPM) dalam memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa/i dan guru di seluruh Indonesia untuk mengikuti kompetisi sains nasional ini.

Dr. Raden Ridwan Hasan Saputra, M.Si., selaku Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA, secara resmi membuka acara babak final KSNR ke-6 dan OGS ke-4 dengan seremonial pemotongan pita. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pesan inspiratif kepada para finalis, “Anak-anak kalian sudah hadir di tempat ini, yang artinya kalian sudah menjadi juara dari lebih 35.000 anak se-Indonesia. Jika tidak mendapat medali, tetaplah semangat untuk belajar. Bagi yang berhasil meraih medali emas, jangan sombong dan teruslah belajar untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.”

Acara pembukaan ini disambut dengan antusias oleh para peserta, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan kompetisi yang berjalan dengan fokus dan semangat tinggi. Setelah pelaksanaan kompetisi KSNR ke-6 dan OGS ke-4, acara final ini juga dimeriahkan dengan berbagai penampilan seni budaya. Mulai dari penampilan Tari Jaipong oleh oleh Ayudia Kirana Putri, siswi dari KMS SDN 1 Cicurug dan Tari Angklung oleh siswa-siswi SMP Taruna Terpadu Boash, Juga penampilan vokal dari Cut Zahara Dwi Suryani dengan judul "Pupuh" dan penampilan vokal dari Leona Adamma Adelle R yang membawakan lagu berjudul "Pijaraya" dari Soegi Bornean.

Tujuan utama dari pelaksanaan KSNR dan OGS adalah untuk mendorong minat dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, baik di kalangan siswa maupun guru. Kegiatan ini juga memberikan wadah bagi para peserta untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta membangun karakter yang tangguh dalam menghadapi tantangan. Dengan adanya kompetisi ini, KPM berusaha mencetak generasi yang unggul dalam sains dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Salah satu peserta yang menonjol dalam ajang OGS ke-4 adalah Yohanes Christiantomo Putandinto, guru dari SMP Mondial Semarang Jawa Tengah, yang berhasil meraih medali emas sekaligus penghargaan sebagai peserta terbaik di level SMP. Dalam wawancara, Yohanes mengungkapkan perasaan senangnya atas penghargaan yang diterimanya, meskipun diakui ada perasaan gugup karena ini merupakan kompetisi pertamanya. “Senang sekali, gugup juga atas penghargaan yang diberikan karena ini kompetisi pertama saya,” ujarnya. Yohanes mempersiapkan diri dengan mempelajari soal-soal olimpiade tingkat SMP serta soal-soal dari OGS tahun lalu. Ia berharap agar di tahun-tahun mendatang, OGS dapat semakin ramai diikuti oleh lebih banyak peserta dan semakin meriah.

Dari kategori peserta KSNR ke-6, Akmalul Mukmin Salahudin, siswa kelas 9 dari SMPIT Alghozali Jember Jawa Timur, berhasil meraih medali emas, ia juga mengaku sangat senang dengan pencapaian ini meskipun bukan yang pertama kalinya. "Alhamdulillah saya senang sekali, namun ini bukan pertama kali karena tahun lalu saya juga pernah mendapatkan medali emas. Tapi tahun ini lebih sulit, lawannya lebih keren-keren," ujarnya. Persiapan yang dilakukannya melibatkan dukungan dari orang tua dan guru, dengan fokus pada belajar, membaca, dan latihan soal. Akmalul berharap agar kompetisi ini juga diadakan untuk tingkat SMA agar ia dapat berpartisipasi lagi tahun depan. Tantangan terbesarnya adalah mengelola stres selama pelaksanaan.

Sementara itu, Elysia Leora Goh siswa kelas 5 dari SD Darma Yudha Pekanbaru Riau, berhasil membawa pulang medali perak. Elysia mengungkapkan bahwa kompetisi kali ini membuatnya merasa stres karena soal-soal yang sulit. "Walaupun bikin sakit kepala dan stres, saya senang sekali bisa membawa pulang medali perak," tuturnya. Sebagai strategi, ia belajar sehari sebelum pelaksanaan kompetisi, didukung oleh program pembinaan sekolah dan les tambahan. Elysia juga mencatat bahwa perbedaan tahun ini adalah tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, yang di mana pada tahun sebelumnya ia mendapatkan medali perunggu.

Dukungan orang tua terhadap peserta KSNR juga menjadi faktor penting. Bunda Immawati Muslicha, orang tua dari Arkana Haqqi kelas 8 dari SMP Muhammadiyah PK Solo Jawa Tengah, menyampaikan bahwa dukungan utamanya adalah memberikan semangat kepada anak yang sudah memiliki pengalaman di kompetisi ini. "Anak saya sudah pernah masuk final sebelumnya, jadi dari anaknya pun sudah tahu alurnya," ujarnya. Namun, tantangan yang dihadapi adalah menjaga mood anak, terutama setelah lelah sepulang sekolah.

Selain itu, Vredy Saputra Wicaksono, selaku orang tua dari Delvania Anindia Wicaksono kelas 4 SDIT Birul Walidain Bogor Jawa Barat, menekankan pentingnya kedisiplinan dalam mendukung persiapan anak. "Kami memotivasi anak untuk terus mau belajar dan meningkatkan kemampuannya," kata Vredy. Ia juga melihat manfaat besar dari kompetisi ini, terutama sebagai sarana melawan kecenderungan anak-anak saat ini yang lebih fokus pada gadget dibandingkan belajar. Vredy berharap agar KSNR dan OGS dapat terus dilaksanakan kedepannya, peserta dan wilayah yang ikut serta kompetisi ini semakin bertambah, serta dapat mewujudkan generasi emas yang unggul.

Menanggapi kesuksesan acara, Ardianto, S.T., selaku Ketua Pelaksana Lomba KSNR ke-6 dan OGS ke-4, menyampaikan harapan agar KSNR dan OGS terus berlanjut di tahun-tahun mendatang dan menjadi salah satu ajang lomba sains nasional terbesar di Indonesia. Ia juga berharap para juara KSNR dapat melanjutkan prestasinya ke tingkat internasional, seperti International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) atau World Mathematics and Science Competition (WMSC). Terutama bagi siswa kelas 5 yang meraih medali emas dan perak, diharapkan mereka dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti IMSO 2025.

Selain itu, Pak Ardianto memberikan pesan motivasi dan semangat  kepada seluruh peserta, “Kalian sudah hebat karena berhasil mengalahkan ribuan peserta. Apapun hasilnya, jadikan ini pengalaman berharga dan bekal untuk masa depan kalian.”