Mengisi masa liburan sekolah dengan
kegiatan edukatif dan inspiratif, Klinik Pendidikan MIPA (KPM) sukses menggelar
kegiatan Pesantren Matematika selama 3 hari 2 malam pada Kamis–Sabtu, 3–5 Juni
2025. Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Darul Muttaqien, Parung –
Bogor diikuti oleh 46 siswa dari kelas 2 SD hingga 12 SMA
dan 52 guru dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pesantren Matematika tidak hanya menjadi
wadah pembelajaran matematika, tetapi juga sarana pembinaan karakter, pelatihan
ibadah, dan pelestarian budaya lokal. Kegiatan ini dikemas dalam suasana
pesantren yang hangat dan penuh kekeluargaan.
“Tujuan kita adalah mengenalkan suasana
pesantren dan meningkatkan kemandirian peserta. Kegiatan ini dikemas dalam
nuansa liburan yang menyenangkan, namun tetap bermuatan pembelajaran. Selain
belajar matematika, peserta juga dilatih dalam ibadah seperti salat sunnah,
salat malam, salat berjamaah, hingga renungan malam,” ujar Ardianto, S.T., selaku Ketua Pelaksana Pesantren Matematika
KPM 2025.
Pesantren Matematika ini menyuguhkan
berbagai aktivitas menarik, mulai dari pembelajaran matematika berbasis
olimpiade, karakter suprarasional, kuis matematika, eksplorasi, hingga fun
games yang memperkuat kekompakan peserta. Selain itu, momen renungan malam juga
menjadi ruang refleksi diri dan penguatan spiritual peserta.
“Saya dulu SMP pernah mondok, jadi kegiatan
ini bikin nostalgia. Yang paling berkesan itu saat renungan malam karena kita
bisa lebih mencintai diri sendiri, belajar menerima kekurangan, dan berani
menonjolkan kelebihan kita,” ujar Izza Alifia, peserta kelas 11 dari
SMAN 2 Jakarta.
Salah satu highlight kegiatan ini adalah Kompetisi
Etno Matematika Tradisional yang diikuti oleh peserta dari pendaftaran umum
maupun siswa peserta Pesantren Matematika tingkat SD kelas 1–6, yang
secara otomatis terdaftar dalam kompetisi ini.
Kompetisi ini menggabungkan unsur
matematika dengan permainan tradisional seperti engklek dan congklak, yang sesuai
dengan prinsip geometri, logika, strategi, dan keterampilan berhitung. Selain
menjadi ajang kompetisi yang menyenangkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk
melestarikan budaya lokal dan memperkenalkan bahwa permainan tradisional dapat
menjadi media pembelajaran matematika yang menarik.
Gracelyn Athena Jembar, siswi kelas 4 dari
SD Sekolah Victory Plus, Bekasi, berhasil meraih juara 1 dalam lomba congklak
pada Kompetisi Etno Matematika Tradisional.
“Seru banget!
Waktu semester lalu, saya belajar congklak di sekolah karena di pelajaran IPA
kami ada materi tentang permainan tradisional. Guru saya mengajarkan cara
mainnya, dan sejak itu saya jadi suka. Saat babak final congklak, saya sempat
deg-degan karena skornya sama. Rasanya senang sekali bisa langsung juara di
lomba pertama yang saya ikuti. Menurut saya, main congklak bisa bantu kita
lebih fokus dan melatih kemampuan berhitung,” ujar
Gracelyn penuh semangat.
Menariknya, ini merupakan kali pertama
lomba ini diselenggarakan oleh KPM, dan langsung mendapatkan antusiasme tinggi
dari para peserta. Kompetisi ini diharapkan dapat menjadi agenda rutin dalam
kegiatan Pesantren Matematika di tahun-tahun berikutnya.
Tak kalah penting, para guru peserta juga
terlibat aktif dalam rangkaian kegiatan. Mereka mengikuti sesi berbagi materi
seperti Strategi Pemecahan Masalah, Metode Diagram, Keterbagian, hingga Kapita
Selekta Olimpiade Guru Matematika (OGM), IKMC, dan Lomba Internasional. Di hari
pertama, mereka juga diajak bermain permainan tradisional seperti bakiak dan
egrang untuk mengakrabkan suasana.
Yoyoh Rokaya, guru dari SMP YPKWS Cilegon,
Banten, membagikan pengalamannya selama mengikuti Pesantren Matematika.
“Melalui KPM, saya mendapatkan
pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan soal-soal—bahwa setiap orang bisa
menggunakan cara yang sesuai dengan kemampuannya sendiri. Ini memotivasi saya
untuk terus mengeksplorasi potensi diri dan melihat sejauh mana saya bisa
menyelesaikan soal-soal dengan pendekatan yang beragam. Kesan yang paling
mendalam adalah suasana di sini—ternyata seperti ini rasanya berada di
lingkungan yang menjunjung tinggi akhlak, nilai agama, dan ilmu pengetahuan.
Para mentor dan pembimbingnya juga sangat sabar dan sangat terbuka, membuat
kami merasa nyaman untuk belajar dan berbagi.”
Kegiatan ditutup dengan Pertemuan Jaringan
Tahunan yang dihadiri oleh perwakilan Cabang-Cabang KPM, Klub MIPA Seikhlasnya
(KMS), Rumah Pendidikan MIPA (RPM), , serta Sekolah Center. Forum ini menjadi
sarana koordinasi dan penyusunan rencana program pendidikan selama satu tahun
ke depan.
Adi Saputro, perwakilan dari KMS Literasi
Petir, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan, mengungkapkan
antusiasmenya selama mengikuti kegiatan:
“Sebagai perwakilan dari daerah, kami
merasa sangat bersyukur bisa meng-upgrade diri, khususnya dalam kompetensi
Matematika Nalaria Realistik (MNR). Kegiatan hari ini benar-benar luar biasa
karena kami, sebagai bagian dari jaringan KPM se-Indonesia, mendapat kesempatan
untuk bertemu langsung, bertatap muka, dan menjaga semangat serta motivasi
sebagai satu keluarga besar dalam jaringan KPM.”
Pesantren Matematika KPM 2025
membuktikan bahwa liburan sekolah bukan sekadar waktu untuk bersenang-senang,
melainkan momentum berharga untuk membentuk generasi yang cerdas secara
intelektual, kuat secara spiritual, dan peduli terhadap budaya lokal. Melalui
pendekatan yang holistik dan inovatif, KPM terus berkomitmen menyelenggarakan
kegiatan yang berkesan sekaligus memberikan dampak nyata bagi siswa maupun
guru.