(Tulisan pertama dari Renungan Hardiknas dan Harkitnas 2025)


Sebelum membaca tulisan tentang judul di atas, mari kita simak cerita Gus Dur berikut:

Gus Dur bercerita tentang Tuhan yang dibuat menangis ketika ditanya pemimpin Indonesia kapan negara itu akan makmur. Kisah itu dimulai dengan pemimpin negara-negara lain yang juga menanyakan hal yang sama pada Tuhan.

Alkisah, pertanyaan itu pertama kali dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan.

"Tuhan, kapan negara kami makmur?" tanya Reagan.

"20 Tahun lagi," jawab Tuhan. Presiden Reagan pun menangis.

Selanjutnya, Presiden Prancis Sarkozy yang mencoba peruntungannya. "Tuhan, kapan negara Prancis makmur?" Tuhan menjawab, 25 Tahun lagi. Mendengar jawaban tersebut, Presiden Sarkozy juga menangis.

Selanjutnya giliran Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair. Ia juga melakukan hal yang sama, yaitu berdialog dengan Tuhannya.

"Tuhan, kapan negara Inggris bisa makmur? Tuhan menjawab, 20 Tahun lagi. Tony Blair pun ikut menangis juga.

Kini giliran Presiden Indonesia yang bertanya kepada Tuhan. Presiden Gus Dur bertanya, "Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?"

Namun, kali ini jawaban Tuhan berbeda. Mendapatkan pertanyaan itu, Tuhan sesaat diam, dan gantian menangis.

Cerita ini bisa ditemukan jika bertanya pada Mbah Google.       

          Cerita Gus Dur ini sepertinya masuk akal jika melihat kondisi Indonesia saat ini. Penyebab utama Indonesia sulit makmur adalah pada orang Indonesianya, baik yang diposisi pejabat maupun rakyat. Kebanyakan orang Indonesia saat ini sulit untuk membuat Indonesia menjadi negara makmur karena orang Indonesia kurang cerdas hati, akal, dan panca Inderanya. Dalam tulisan ini saya akan fokus membedah tiga hal tersebut, karena saya sudah menekuni tentang 3 kecerdasan ini lebih dari 20 tahun. Mencerdaskan tiga hal tersebut tidak bisa dilakukan secara individu jika perbaikan yang diinginkan adalah untuk satu negara, perlu peran pemerintah untuk mewujudkan perubahan tersebut.

          Orang Indonesia saat ini hatinya kurang cerdas, karena banyak yang memaknai kesuksesan hidup adalah ketika manusia tersebut kaya, mempunyai jabatan atau punya kuasa dan ingin namanya dikenal atau terkenal. Dampaknya banyak orang berlomba untuk mencapai sukses dalam versi tersebut apa pun caranya. Hati yang kurang cerdas membuat orang Indonesia terbiasa berpikir secara materialistis sehingga parameter kesukseksan harus sesuatu yang terlihat. Akibatnya banyak orang korupsi atau maling untuk jadi kaya, banyak orang yang curang, berbohong atau menjilat untuk mendapatkan jabatan atau posisi.

          Masalah korupsi, maling, curang, berbohong, dan menjilat merupakan hal yang sudah biasa dibahas di negeri ini. Ada hal yang jarang dibahas tapi sangat dirasakan dan sebenarnya berdampak kurang baik pada pembangunan bangsa. Hal tersebut adalah ingin terkenal atau dikenang, walaupun hal ini belum tentu salah. Ketika ada pergantian pejabat, biasanya pejabat baru akan membuat program yang berbeda dengan pejabat lama. Di Kementerian Pendidikan biasanya ganti menteri maka akan ganti kurikulum, kalau di kementerian atau institusi lain biasanya ganti tagline, ganti logo, ganti nama program, dan ganti-ganti lainnya. Salah satu contoh yang cukup besar adalah Koperasi Merah Putih. Terus terang saya tidak tahu apa beda Koperasi Merah Putih dengan Koperasi Unit Desa (KUD) yang sudah ada sejak lama ada di desa-desa. Kenapa tidak mengembangkan KUD yang sudah ada di desa-desa? Dengan dana yang disiapkan pembentukan Koperasi Merah Putih yang begitu besar apakah tidak akan menjadi lahan korupsi baru? Sebab kebanyakan hati orang Indonesia belum cerdas.

          Pergantian istilah itu tidak hanya boros biaya tapi menunjukkan cara berpikir orang Indonesia bukanlah cara berpikir berkelanjutan. Padahal negara makmur adalah negara yang pembangunannya berkelanjutan. Jika berkaca pada negeri tirai bambu, bangsa Cina ini tetap membangun tembok Cina sampai ratusan tahun demi kepentingan bangsa Cina. Walaupun berganti kaisar, bahkan berganti dinasti. Kalau di Indonesia banyak proyek yang bagus dari pemerintahan sebelumnya tidak mau dilanjutkan oleh pemerintahan yang baru karena tidak menguntungkan secara “nama” untuk pemerintah yang baru. Akhirnya proyek-proyek itu menjadi situs peninggalan pemerintahan sebelumnya, akibatnya banyak presiden yang ingin memimpin lebih lama atau ingin anaknya jadi presiden supaya anaknya bisa melanjutkan ide pembangunannya yang tidak dilanjutkan oleh presiden setelahnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia belum benar-benar menjadi sebuah bangsa.

          Solusi dari masalah yang ada di Indonesia saat ini, untuk membuat Indonesia makmur adalah pendidikan. Pendidikan Indonesia harus bisa mencerdaskan hati, akal, dan panca indera. Berkaca pada kondisi saat ini maka mencerdaskan hati adalah fokus utama dalam memperbaiki bangsa. Hati yang cerdas akan mengubah orientasi hidup manusia dari materialistis kepada kemanfaatan hidup. Sehingga orang yang hatinya cerdas tujuan hidupnya untuk memberi manfaatkan bagi orang lain dan lingkungan alam sekitarnya. Insya Allah orang seperti ini tidak akan korupsi, maling, curang, berbohong, menjilat atau mengubah sesuatu yang sudah baik secara sembarangan.

Badan Gizi Nasional (BGN) dan Jiwa Gizi Nasional (JGN)

          Badan Gizi Nasional merupakan lembaga yang dibentuk pemerintahan saat ini untuk melaksanakan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini sangat bagus karena akan banyak menyelamatkan anak-anak Indonesia dari kurang gizi, supaya tidak ada lagi anak Indonesia yang stunting (kerdil). Kita harus mendukung program ini walaupun membutuhkan biaya yang sangat besar. Tapi ada yang tidak boleh kita lupa sebagaimana yang ada pada syair lagu Indonesia Raya “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”. Syair itu memberi petunjuk agar kita membangun jiwa orang Indonesia juga, bahkan membangun jiwa Indonesia harus didahulukan sebelum membangun badan orang Indonesia.

          Berkaca pada hal tersebut dimana orang Indonesia masih banyak yang melakukan korupsi, maling, curang, berbohong, dan menjilat, yang menunjukkan bahwa orang Indonesia hatinya kurang cerdas atau bisa disebut juga jiwanya kerdil. Maka pemerintah sebaiknya membentuk Lembaga untuk memberikan gizi kepada jiwa orang Indonesia agar jiwa orang Indonesia tidak kerdil atau supaya orang Indonesia hatinya cerdas. Lembaga tersebut bisa saja kita sebut dengan nama Jiwa Gizi Nasional atau Komisi Jiwa Nasional. Siapa kriteria orang yang mengisi Lembaga ini dan teknis kerjanya bagaimana, tidak dapat saya tuliskan disini, karena terlalu Panjang, khawatir ide-ide yang lain tidak bisa disampaikan ditulisan singkat ini. Hal yang pasti jika orang-orang Indonesia hatinya cerdas ini sudah satu langkah maju untuk menjadikan Indonesia maju.

Revolusi Pendidikan Nasional

          Ide ini mungkin terlalu berani dan beresiko tetapi perlu saya tuliskan. Sebab menurut saya pendidikan yang ada saat ini sepertinya sangat sulit untuk membuat Indonesia menjadi negara maju. Saya coba menuliskan idenya secara singkat saja semoga bisa menjadi bahan renungan bersama. Saya mencoba membagi pendidikan dengan 4 bagian penting yaitu Pendidikan Dasar (PAUD/TK/RA, SD/MI), Pendidikan Menengah (SMP/MTS, SMA/SMK/MA), Pendidikan Tinggi (Diploma, sarjana dan pasca sarjana), Pendidikan Masyarakat (bagi yang pernah sekolah dan kuliah).

Pendidikan Dasar

          Di pendidikan dasar murid diajarkan untuk mencerdaskan hati, akal dan panca Indera. Hati dicerdaskan melalui pendidikan akhlak sehingga  murid cinta pada Tuhannya, cinta pada Nabinya (untuk umat islam), cinta diri, cinta keluarga, cinta masyarakat, cinta negara, dan cinta lingkungan dan alam sekitarnya.  Cinta kepada Allah membuat murid semangat untuk berbuat baik dan malu berbuat jahat. Rasa cinta yang banyak tersebut akan membuat murid menjaga dirinya, keluarganya, masyarakatnya, negaranya, lingkungan dan alam sekitarnya dari kerusakan yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan pihak lain.

          Akal dicerdaskan melalui literasi dan numerasi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Murid diajarkan untuk suka membaca, baik membaca buku maupun membaca lingkungan dan alam sekitarnya. Numerasi diasah tidak harus dengan matematika, tetapi bisa melalui masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari serta lingkungan dan alam sekitarnya. Tidak banyak mata pelajaran yang diajarkan untuk pendidikan dasar dan pengajaran di pendidikan dasar sebagian diajarkan dengan bahasa ibu (bahasa daerah). Panca Indera di cerdaskan melalui seni budaya daerah, olah raga, permainan tradisional dan modern, prakarya, kerja bakti (menanam pohon, membersihkan dan menjaga lingkungan alam).

          Di pendidikan dasar murid-murid diajarkan untuk menjadi manusia berguna sejak kecil dimulai membantu keluarga, membantu sekolah, membantu masyarakat serta memelihara lingkungan dan alam sekitarnya. Di sekolah murid disibukkan kegiatan tolong menolong, bergotong royong dan bertoleransi, sehingga murid-murid ini jauh dari bully, berkelahi apalagi tawuran. Di sekolah murid-murid tidak ada PR tetapi ada tugas untuk membantu diri dan sesama, tidak ada ujian individu tetapi ada tugas bersama dan tidak ada rangking tetapi ada penilaian prilaku siswa. Penghargaan diberikan kepada murid yang akhlaknya paling baik. Insya Allah hal ini membuat murid fokus untuk terus memperbaiki akhlak. Jika murid-murid ingin mengasah kemampuan akademiknya lebih dari yang diajarkan sekolah, murid tersebut bisa belajar di tempat kursus atau platform-platform belajar yang ada.

          Sebenarnya masih ada ide-ide unik untuk Pendidikan Menengah, Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Masyarakat untuk Indonesia Makmur. Insya Allah ide-ide tersebut akan disampai  pada tulisan kedua. Bogor, 24 Mei 2025