Sebagai bagian dari upaya menghadirkan kompetisi pendidikan yang merata dan berkualitas, Klinik Pendidikan MIPA (KPM) menjalin kerja sama strategis dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam pelaksanaan International Kangaroo Mathematics Contest (IKMC) 2025. Kolaborasi ini memperluas jangkauan IKMC ke sekolah-sekolah negeri di berbagai daerah, termasuk wilayah terpencil.

Bagi KPM, kolaborasi dengan Kemendikdasmen dalam penyelenggaraan IKMC merupakan kerja sama yang kami pandang sebagai peluang besar. Selama ini, KPM banyak menjangkau sekolah-sekolah swasta dan komunitas pendidikan tertentu. Namun kami menyadari bahwa misi mencerdaskan kehidupan bangsa tidak bisa eksklusif. Kami ingin memperluas manfaat IKMC ke lebih banyak peserta didik, termasuk dari sekolah negeri di seluruh Indonesia,” ujar Ardianto, S.T., selaku General Manager Lomba KPM.

Kompetisi dilaksanakan serentak pada Kamis, 24 April 2025, satu pekan setelah IKMC reguler. Hal ini terjadi karena kerja sama dengan Kemendikdasmen baru terjalin pada bulan Maret, bertepatan dengan bulan Ramadan, sehingga waktu persiapannya cukup singkat.

IKMC ini diikuti oleh 5.783 peserta didik yang tersebar di 82 sekolah negeri, mencakup:

  • 35 sekolah dasar (SD),
  • 23 sekolah menengah pertama (SMP), dan
  • 24 sekolah menengah atas (SMA).

Uniknya, setiap provinsi di Indonesia memiliki perwakilan sekolah negeri yang ditunjuk langsung oleh Kemendikdasmen untuk berpartisipasi dalam IKMC 2025. Meskipun tidak semua sekolah yang ditunjuk dapat ikut serta, kehadiran peserta dari berbagai daerah, termasuk wilayah terpencil seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, dan pedalaman Kalimantan, menunjukkan penyebaran kompetisi yang luas dan merata di seluruh Indonesia.

Dalam keterangan resminya, Maulani Mega Hapsari, S.IP., M.A., Direktur SMP Kemendikdasmen, menegaskan bahwa pelaksanaan IKMC ini merupakan bentuk kegiatan pendidikan yang sangat mendukung arah kebijakan nasional. Ia menyebutkan bahwa kegiatan semacam ini mendorong siswa untuk mengembangkan kecakapan mendalam (deep learning), kecerdasan sosial yang aktif, serta penguasaan literasi digital dan pemikiran komputasional (koding), kemampuan-kemampuan utama yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi abad ke-21.

"Dengan mengikuti IKMC ini, kami berharap para peserta didik mendapatkan kesempatan dan pengalaman berharga untuk mengembangkan diri. Ini bukan sekadar kompetisi, tetapi menjadi wadah bagi siswa untuk menilai sejauh mana prestasi akademik yang telah mereka capai, dan menjadi motivasi untuk terus belajar serta memperbaiki diri," ujar Bu Mega.

Kemendikdasmen juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan lembaga pendidikan nonformal seperti KPM. Menurut Bu Mega, kolaborasi ini adalah bentuk kerja sama semesta, di mana semua pihak yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dapat bersatu menciptakan program-program berdampak.

"Kami tidak bisa bekerja sendiri. Karena itu, ajakan KPM untuk berkolaborasi kami sambut dengan sangat baik. Ini adalah bentuk kolaborasi antara kementerian dan organisasi masyarakat yang memiliki visi serupa untuk menciptakan pendidikan yang bermutu untuk seluruh rakyat Indonesia dan membawa bangsa ini menjadi lebih maju. Terima kasih kepada KPM yang telah menginisiasi kegiatan IKMC ini" lanjutnya.

Salah satu peserta, Khansa Reka Qatrunnada, siswa kelas 10 dari SMA Negeri 1 Pontianak, Kalimantan Barat, turut membagikan pengalamannya:

“Untuk soal-soal IKMC itu menurut saya sangat variatif dan mengasah nalar. Tingkat kesulitannya beragam, jadi ada soal yang bisa dikerjakan dengan cepat, namun ada juga yang menantang dengan poin tinggi di akhir. Ini justru jadi keseruan dalam lomba ini. Saya belajar berpikir kritis dan teliti dalam memahami soal serta memanfaatkan semua kemampuan yang saya miliki. Saya jujur sangat senang bisa berpartisipasi dalam IKMC. Saya belajar banyak materi dan trik baru, dan mendapat pengalaman yang sangat berharga. Semoga tahun depan bisa ikut lagi dan berusaha lebih maksimal.”

Sebagai pelaksana IKMC di Indonesia, KPM telah menyelenggarakan kompetisi ini selama bertahun-tahun dan dikenal sebagai pionir dalam mengembangkan pendidikan berbasis numerasi kontekstual dan kompetisi yang sehat. IKMC tidak hanya mengukur kemampuan berhitung, tetapi juga menguji logika, pemahaman, serta strategi siswa dalam memecahkan masalah.

Dengan pelibatan langsung dari kementerian, pelaksanaan IKMC 2025 ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat budaya numerasi, meningkatkan akses terhadap kompetisi berkualitas, dan membentuk ekosistem pendidikan yang menyeluruh dan inklusif.

International Kangaroo Mathematics Contest (IKMC) merupakan kompetisi matematika global yang berasal dari Prancis dan kini telah menjangkau lebih dari 90 negara di dunia. Di Indonesia, pelaksanaannya dimotori oleh KPM sebagai bentuk kontribusi dalam menghadirkan kompetisi yang dapat memicu rasa cinta terhadap matematika sejak usia dini. IKMC dirancang tidak hanya untuk siswa dengan prestasi tinggi, tetapi juga untuk memberikan pengalaman menyenangkan kepada seluruh peserta, sehingga menghapus kesan bahwa matematika adalah pelajaran yang menakutkan.